LAMPUNG – Aliansi Mahasiswa Lampung melakukan aksi simbolik pada 28 Oktober 2025 yang bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda sekaligus menandai satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran. di Bundaran Hajimena, Provinsi Lampung.
Aksi ini sebagai bentuk refleksi dan kritik atas perjalanan 1 tahun pemerintahan Prabowo-Gibran yang semakin menunjukkan arah kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat dan tidak menghadirkan kesejahteraan yang dijanjikan. Berbagai kebijakan yang lahir di bawah rezim ini justru memperparah ketimpangan sosial dan memperkuat dominasi oligarki ekonomi.
Rakyat kecil semakin sulit mengakses kebutuhan pokok akibat tingginya harga bahan pangan dan menurunnya daya beli masyarakat. Di saat yang sama, program-program pemerintah lebih banyak berpihak kepada korporasi besar melalui proyek strategis nasional yang kerap berujung pada perampasan lahan, kerusakan lingkungan, dan penggusuran masyarakat adat serta petani. Janji-janji kesejahteraan yang pernah digembar-gemborkan di masa kampanye kini berubah menjadi alat legitimasi untuk memperkaya segelintir elite di lingkar kekuasaan.
Sektor pendidikan dan kesehatan yang seharusnya menjadi prioritas utama justru menjadi korban kebijakan efisiensi yang tidak manusiawi. Pemangkasan anggaran pendidikan mengakibatkan banyak sekolah dan kampus kekurangan fasilitas, sementara biaya kuliah terus melonjak tanpa diimbangi dengan peningkatan mutu pendidikan. Mahasiswa dipaksa menjadi konsumen di dalam sistem pendidikan yang semakin dikomersialisasi, sementara tenaga pendidik dan tenaga kesehatan tidak kunjung mendapatkan kesejahteraan yang layak.
Rezim hari ini menempatkan rakyat bukan sebagai subjek pembangunan, melainkan sekadar angka dalam laporan ekonomi yang disusun untuk kepentingan investor dan pemodal besar.
Satu tahun perjalanan pemerintahan ini juga ditandai dengan semakin menyempıtnya ruang demokrası. Kritik rakyat terhadap kebijakan pemerintah sering kali dibalas dengan ancaman, pembubaran aksi, bahkan kekerasan aparat.
Gerakan mahasiswa, buruh, petani, dan masyarakat sipil yang menuntut keadilan kerap dihadapkan dengan tembok kekuasaan yang keras dan tidak mau mendengar.
Di berbagai daerah, termasuk di Lampung, kasus intimidasi terhadap aktivis masih sering terjadi, memperlihatkan bahwa negara lebih memilih menakuti rakyatnya daripada memperbaiki kebijakan yang salah arah. Watak otoriter semakin menguat, dan negara hukum kian bergeser menjadi negara kekuasaan.
Dalam konteks itu, Aliansi Mahasiswa Lampung melihat perlunya konsolidasi moral dan politik dari seluruh elemen rakyat untuk mengingatkan kembali arah perjuangan bangsa ini. Aksi simbolik di Bundaran Hajimena ini bukan sekadar bentuk perlawanan, tetapi juga sebuah refleksi bersama bahwa kemerdekaan sejati belum benar-benar dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Mahasiswa hadir bukan untuk mencari sensasi, tetapi untuk mengembalikan kesadaran publik bahwa keadilan sosial harus menjadi arah utama pemerintahan, bukan sekadar slogan kampanye yang dilupakan setelah berkuasa.
Oleh karena itu, Alansi Mahasiswa Lampung menyatakan sikap dan tuntutan sebagai berikut :
1. Mengevaluasi total program MBG agar maksimal dalam pelaksanaannya
2. Jadikan pendidikan dan kesehatan menjadi prioritas utama
3. Sahkan RUU perampasan aset
4. Bebaskan kawan-kawan kami para aktivis seluruh Indonesia yang menjadi tahanan politik saat ini
5. Reformasi total instansi polri agar pro terhadap rakyat serta mendesak kapolri untuk mundur dari jabatannya
6. Memecat mentri2 problematik serta mengganti dengan orang2 yg kompeten dalam bidangnya
7. Mendesak rezim Prabowo Gibran untuk merealisasikan janji2 kampanyenya mendesak Menteri ATR/BPN untuk mewujudkan reforma agraria sejati :
a. Ukur ulang HGU SGC
b. Selesaikan permasalahan konflik Anak Tuha
c. Kembalikan tanah masyarakat adat Register 44
9. Menantang Prabowo Gibran untuk berdiskusi secara langsung dengan Mahasiswa di Lampung
Aksi simbolik ini dijalankan dengan kesadaran penuh bahwa perjuangan tidak harus selalu ditandai dengan keramaian massa, tetapi dengan keteguhan sikap dan kejelasan arah politik perjuangan. Perlawanan moral yang dilakukan oleh mahasiswa di Provinsi Lampung akan menjadi catatan sejarah di masa depan bahwa di tengah ketidakadilan, masih ada suara yang berani menentang arus dan berpihak kepada rakyat.
Sejarah telah membuktikan bahwa mahasiswa selalu menjadi bagian penting dalam setiap perubahan besar bangsa. Dari masa kolonial hingga reformasi, mahasiswa selalu hadir ketika kekuasaan melenceng dari amanat rakyat. Dan hari ini, di bawah rezim Prabowo Gibran, Aliansi Mahasiswa Lampung kembali berdiri bukan karena benci pada individu, tetapi karena cinta pada kebenaran dan masa depan bangsa. Aliansi Mahasiswa Lampung menolak tunduk pada kekuasaan yang menindas, dan kami memilih berdiri bersama rakyat yang tertindas.
